Author : black_aoi
Main Cast : Nishimura Aoi, Fujimoto Michiyo, Koike Teppei, Ueda Tatsuya
Genre : Romance
Rating : PG-13
Happy Reading!!
Part 4
Michi berjalan menuju kelasnya dengan perasaan yang lebih baik dari
kemarin. Meskipun dia tidak bisa melupakan kejadian kemarin, namun mimpinya
membuatnya merasa lebih baik. Dia bermimpi melihat Maru-senpai mengelus pipinya
dengan lembut dan hal itu membuatnya nyaman. Saat sampai di kelas, dia mencari
sosok Tatsuya. Tatsuya belum datang. Syukurlah,
sergahnya dalam hati. Dengan begitu, pagi ini dia tidak perlu berurusan dengan
orang gila itu. Dia lalu menuju tempat duduknya dan melihat keluar jendela,
menunggu sosok sahabatnya datang untuk mendengarkan ceritanya.
***
Aoi berjalan pelan menuju kelasnya. Dia bingung dengan perasaannya hari
ini. Dia merasa bersalah pada adik kelas yang dibentaknya kemarin tanpa punya
salah apa-apa padanya. Dia juga masih marah pada Tatsuya yang membuat Michi
menangis. Bel sekolah menyadarkan lamunannya. Dia lalu bergegas menuju
kelasnya.
***
***
Jam istirahat. Michi mengajak Aoi menuju kantin untuk membeli beberapa
snack. Di kantin, Aoi mendengar seseorang memanggil namanya. Dia lalu menoleh
ke belakang, tapi tidak terlihat seseorang pun yang berjalan mendekat ke
arahnya. Didengarnya Michi memanggilnya. Dia lalu bergegas menuju ke tempat
Michi mengantri tanpa memperhatikan seorang cowok yang sedang berdiri dan
menyembunyikan dirinya di balik bayang-bayang siswa lain yang lewat.
Setelah selesai membeli makanan, Michi dan Aoi kembali ke kelas. Sambil
makan, Michi menceritakan semua kejadian kemarin kepada Aoi, termasuk mimpi
yang membuatnya nyaman itu. Perasaan Aoi tentu saja campur aduk, bagaimana
tidak, seorang cowok berani mengganggu sahabatnya dengan cara yang begitu
keterlaluan. Tapi, Aoi senang sahabatnya tidak murung lagi. Mereka lalu
bercanda tawa sampai akhirnya pembicaraan mereka diganggu oleh seorang.
***
“Bagaimana ini? Aku benar-benar menyukainya. Tapi, dia membenciku. Apa yang
harus ku lakukan?” desah Teppei. Dia bingung, antara memperjuangkan perasaannya
ataukah melupakan rasa itu. Dia ingin sekali bercerita kepada Haru, hanya saja
pasti Haru akan meledeknya. Dia tengah memikirkan cara agar bisa dekat dengan
Aoi-senpai. Satu ide gila terbesit di pikirannya. “Hmm, ide itu boleh dicoba.
Tapi, apa tidak norak? Biarlah, hanya itu satu-satunya cara yang bisa ku
pikirkan. Aku harus membuatnya dari sekarang.” kata Teppei dengan penuh
semangat. “Tentu saja tanpa bantuan dari Haru. Anak itu tidak boleh tahu
masalah ini.” Tambahnya.
***
“Michi, kamu dipanggil Mura-senpai. Katanya dia butuh kamu, masalah
klub.” Kata Sakura yang juga anggota
klub memanah.
“Oh, gitu. Thanks ya.” Jawab Michi yang lalu bangkit dari tempat duduknya.
“Aku pergi dulu ya, Ao, bentar kita lanjutin.”
“Oke, dah.” Jawab Aoi sambil melambaikan tangannya.
Michi lalu berjalan menuju klub memanah. Di sana, Mura sedang duduk
termenung.
“Ada apa, ketua? Kenapa ketua memanggilku kesini?” tanya Michi
“Oh, tidak,” jawab Mura, “ada yang ingin aku bicarakan.”
“Apa ketua?”
“Mmm... Begini... Maukah.. maukah kau jadi pacarku?”
“EH?”
***
Bel masuk telah berbunyi. Aoi cemas, Michi belum juga kembali. “Ada apa ya?
Kenapa dia belum kembali? Atau jangan-jangan..” pikir Aoi yang bukan-bukan,
tapi karena dia melihat Tatsuya yang memasuki kelas dan duduk ditempatnya
dengan keadaan yang biasa-biasa saja, dia menghapus pikiran anehnya tadi.
“Mungkin saja memang ada keperluan mendadak dengan klubnya..” lega Aoi.
Tiba-tiba, Tatsuya datang menghampiri Aoi.
“Kemana Fujimoto-san?”
“Buat apa kau mencarinya? Dia tidak suka bertemu denganmu.” Ketus Aoi
“Ada apa denganmu? Judes sekali. Aku tanya sekali lagi, dimana Michi?”
jawab Tatsuya dengan nada suara yang lebih tinggi.
“Kau belum menjawab pertanyaanku, buat apa aku menjawab pertanyaanmu?”
balas Aoi dengan nada yang tidak kalah dari Tatsuya.
Cewek ini ngeyel juga, pikir Tatsuya. “Baiklah, kalau kau tak
mau menjawab. Aku cari sendiri saja. Terima kasih!” kata Tatsuya sambil
beranjak meninggalkan tempat duduk Aoi dan meninggalkan kelas. Aoi yang melihat
hal itu kembali berpikiran yang bukan-bukan. Dia juga bergegas mengejar
Tatsuya, tapi guru yang mengajar pelajaran selanjutnya sudah memasuki kelas.
Aoi membatalkan rencana itu sambil hatinya berharap tidak terjadi apa-apa pada
sahabatnya itu.
***
“Tapi... senpai..”
“Tidak usah dijawab sekarang, lain waktu saja. Tapi pastikan kau sudah
menemukan jawabannya dalam seminggu ini. Aku kembali duluan.” Kata Mura
meninggalkan Michi yang tengah kebingungan. Setelah itu, Michi bergegas menuju
kelasnya, pasti Ao sudah cemas padaku,
pikirnya. Di jalan, dia kembali bertemu dengan orang sinting yang membuatnya
jatuh cinta. Michi segera memasang tampang datar dan mempercepat langkahnya
meninggalkan Tatsuya yang berhenti dan tengah tersenyum padanya. Tapi, tangan
Tatsuya menarik tangannya dan menyadarkannya ke tembok.
“APA LAGI MAUMU?” bentak Michi
“Hmm.. aku ingin berbicara padamu. Kau punya waktu?”
“TIDAK. Aku tidak punya waktu untuk meladeni orang aneh sepertimu.”
“Kalau begitu, akan kupaksa kau mendengarkanku.”
“Hah? Terserah saja padamu, aku mau pergi. Lepaskan aku!”
“Tidak! Kau tidak akan kulepas sampai kau berjanji mau mendengarkan
perkataanku.”
Michi mencari cara untuk membebaskan diri dari Tatsuya. Satu-satunya cara
yang bisa dipikirkannya adalah memberontak dan berlari secepat mungkin, tapi
genggaman Tatsuya begitu kuat. Tiba-tiba, dia teringat dengan Mura.
“Lepaskan aku! Aku ada janji dengan Mura-senpai. ”
Perkataan Michi itu membuat Tatsuya melonggarkan genggamannya. Melihat
kesempatan langka itu, Michi segera berlari meninggalkan Tatsuya yang marah
sambil meninju tembok.
“Syukurlah, aku bisa lolos. Tapi kenapa dia marah? Sudah kuduga dia punya
hubungan khusus dengan Mura-senpai. Tapi, apa ya? Hmm, akan kutanyakan nanti
pada Mura-senpai, sekarang lebih baik aku cepat-cepat sebelum dimarahi oleh
sensei.” Kata Michi dalam hati.
***
Saat bel pulang, Michi dan Aoi bergegas pulang. Seharusnya Michi ada
kegiatan klub sore ini, tapi karena Tatsuya dan Mura dipastikan ada disana,
Michi memilih absen hari ini. Aoi sendiri tidak punya kegiatan klub hari ini,
jadi dia bergegas pulang untuk mengerjakan prnya. Saat membuka lokernya, ada
sebuah origami burung bangau di sana. Aoi tak punya waktu untuk melihat isinya
sekarang, jadi dia memasukkan origami itu ke dalam tasnya dan mengajak Michi
untuk pulang.
Ternyata Michi tidak pulang ke rumahnya. Dia memutuskan untuk ke rumah Aoi
hari itu, tentu saja untuk berbagi cerita dengan Aoi. Saat sampai di rumah Aoi,
Michi segera naik ke lantai atas, kamar Aoi dan Aoi pergi untuk mengambil
makanan dan minuman untuk mereka berdua.
Di dalam kamar Aoi, Michi duduk di pinggir tempat tidur. Karena bosan, dia
lalu menjelajahi kamar itu, hal yang tidak pernah lagi dilakukannya sejak masuk
SMP. Saat berkeliling, dia menemukan sebuah bingkai foto yang ditempatkan di
atas lemari kecil yang sepertinya dijadikan tempat penyimpanan barang-barang
yang sudah tidak dipakai lagi oleh sang pemilik. Michi memperhatikan foto itu
dengan seksama, di foto itu ada seorang gadis kecil bersama teman lelakinya.
Anak lelaki tersenyum bebas di foto itu, sedangkan si gadis kecil tersenyum
malu-malu. Michi lalu mengambil foto itu dan kemudian duduk di depan meja kecil
sambil bersandar pada tempat tidur. Tak lama kemudian, Aoi masuk sambil membawa
baki berisi 2 jus jeruk dan beberapa cemilan. Setelah meletakkan baki itu di
atas meja, Aoi duduk di seberang Michi dan membuka pembicaraan.
“Maaf ya, lama. Aku harus mencari cemilan yang disimpan ibuku dulu.”
“Iya, gak apa-apa kok.”
“Ayo diminum, Michi.”
“Iya. “
“Kamu mau cerita apa?”
“Oh.. itu... masalah Tatsuya..”
“Si lelaki brengsek itu? Dia membuatmu menangis lagi?”
“Eh.. gak kok.. bukan itu yang ingin aku ceritain..”
“Oh, baguslah. Kupikir dia membuatmu menangis lagi. Jadi, apa?”
“Kayaknya aku jatuh cinta deh sama dia..”
“APA?”
***
Tatsuya berjalan dengan penuh emosi memasuki rumahnya. Tanpa memperhatikan
sapaan pembantunya, dia lalu bergegas menuju kamar Mura. Dia membuka pintu
dengan paksa, lalu masuk dengan kasar. Mura melihatnya bertingkah seperti itu,
berdiam diri seakan tak ada apa-apa yang terjadi. Karena kesal, Tatsuya
berteriak pada kakaknya itu.
“Apa maksud nii-san berbuat begitu?”
“Berbuat apa?”
“Michi..”
“Oh, kenapa? Tak ada larangan aku mendekatinya kan?”
“Apa maksudmu? Kau sudah tahu kan kalau aku suka padanya? Kenapa kau masih
mau merebutnya?” teriak Tatsuya
“Aku tidak bermaksud apa-apa. Lagian, kau sudah punya Syoko kan?”
“Ini tidak ada hubungannya dengan Hijirikawa-san. Ini antara kau dan aku.”
“Tidak ada hubungannya bagaimana maksudmu? Bukannya kau sudah bertunangan
dengannya? Jadi, untuk apa kau mengurus Michi?”
“SIALAN KAU!” kata Tatsuya marah, dia mengepalkan tangan kanannya.
“APA? Mau pukul? Pukul saja kalau kau berani. Dengan begitu aku yang akan
bersama Michi. Silakan kau bersama Syoko itu.” Gertak Mura
“KAU..” kata Tatsuya geram sambil berjalan meninggalkan tempat itu.
“SIAL!!!” teriak Tatsuya di koridor rumahnya. Mura yang melihat itu hanya bisa
tersenyum, senyum kemenangan sekaligus senyum mengejek. “Akhirnya kau kalah.
Rasakanlah itu, adikku yang manis..”
***
Aoi terdiam mendengar perkataan sahabatnya itu. Michi menceritakan
segalanya, tanpa ada hal yang disembunyikan seperti sebelumnya. Setelah
selesai, Michi mengambil beberapa keping biskuit dan memakannya, menunggu
tanggapan dari Aoi. Beberapa saat kemudian, Aoi pun berbicara.
“Jadi, kau sekarang jatuh cinta dan tak tahu harus berbuat apa? Sementara
Mura-senpai meminta jawabanmu dalam minggu ini?”
“Ya, Ao. Menurutmu aku harus bagaimana?”
“Kalau aku sih, ikuti kata hatimu saja. Apa kau benar-benar mau pacaran
dengan Mura-senpai? Kalau tidak, lebih baik kau tolak saja, lalu perjuangkan
rasamu pada si brengsek satu itu, maaf ya aku bilang dia brengsek, karena pada
dasarnya dia memang brengsek, tapi hati-hati saja. Kalau kau sakit hati, ada
aku yang akan menemanimu.” Kata Aoi bijak
“Hmm.. benar juga perkataanmu.. Tapi ada hal yang membuatku penasaran..”
“Apa?”
“Kau masih ingat ceritaku tadi kan? Sewaktu Tatsuya mendengar aku menyebut
nama Mura-senpai, dia melonggarkan genggamannya. Menurutmu kenapa?”
“Hm.. kayaknya Tatsuya punya hubungan khusus dengan Mura-senpai. Lagian,
kau pernah cerita kalau Ueda-san masuk klub memanah karena Mura-senpai. Ingat
gak?”
“Oh iya.. waktu itu aku juga kaget, tapi karena dia memang berbakat dan aku
tak punya waktu untuk meladeninya, aku pergi saja dari tempat itu. Aku punya
firasat yang sama denganmu. Apa lebih baik besok aku tanya saja Mura-senpai?”
“Yah, terserah kau saja. Tapi kalau ada sesuatu, segera beritahu aku ya.”
“Oh, oke.. Nee Ao”
“Hm?”
“Ada sesuatu yang ingin kutanyakan..”
Michi lalu mengambil foto yang disimpannya tadi di sebelahnya, lalu
memperlihatkannya pada Aoi.
“Anak ini.. sepertinya aku pernah melihatnya dulu.. dia siapa Ao?”
“Oh.. dia...”
tbc..
Author's note: Gomen baru bisa update sekarang, soalnya lagi banyak kerjaan dan terpaksa proses pembuatan lanjutan fic ini ditunda.. mungkin, selanjutnya bakal telat lagi, tapi bakal aku usahain post cepat.. Arigatou~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar